Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriantono menilai, dari sisi ketersediaan, jumlah stok beras nasional cukup aman, hanya gejolak harga beras dan sejumlah komoditas pertanian di pasar dunia saat ini yang masih harus tetap diwaspadai.
"Jangan panik, karena jika itu yang terjadi, yang rugi kita semua," ujarnya dalam acara temu dengan para redaktur media massa di Jakarta, Selasa (22/4). Bersama Anton, hadir pula Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Direktur Utama Perum Bulog Mustafa Abubakar, dan Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Bayu Krisnamurthi.
Anton merasa yakin, di akhir 2008, akan terkumpul stok beras sekitar dua sampai tiga juta ton, mengingat saat memasuki awal musim kemarau saat ini, ternyata hujan masih turun atau lazim disebut sebagai kemarau basah saat produksi beras bisa dipacu sebagai kompensasi menurunnya produksi pada bulan-bulan paceklik.
Menyangkut kedaulatan pangan, Mentan mengungkapkan bahwa hasil yang dicapai cukup lumayan, misalnya produksi jagung hampir mendekati swasembada atau tinggal delapan persen lagi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional, sementara produksi ayam dan telur sudah mencukupi, tinggal gandum, kedelai, dan daging sapi yang masih harus diimpor.
Sementara, Mari Elka Pangestu mengungkapkan, pemerintah sedang mempelajari kemungkinan pemberian subsidi langsung kepada petani, karena menurutnya, kenaikan harga produk pertanian bukan satu-satunya bentuk insentif yang dapat diberikan kepada petani, mengingat sekitar 60 persen petani sekaligus juga konsumen komoditi pangan.
Pemerintah, melalui Instruksi Presiden 1/2008 baru saja menaikkan harga gabah kering panen dari Rp2.000 menjadi 2.200/Kg, gabah kering giling dari Rp2.600 menjadi 2.840/Kg dan harga beras di gudang Bulog dari Rp4.000 menjadi 4.300/Kg.
Sedangkan Mustafa mengakui, pihaknya, karena keterbatasan aparat, paling-paling hanya mampu menampung 20 persen gabah yang dihasilkan oleh petani, sisanya dibeli oleh para `penebas` (tengkulak).
Bulog, lanjut Mustafa, juga mulai merintis program pengumpulan stok beras lokal bekerjasama dengan sejumlah Pemerintah Daerah (Pemda), diawali dengan Pemda Jawa Barat, kemudian menyusul Pemda Sumatera Selatan dan Lampung. Dalam kerjasama tersebut, Bulog meyediakan gudang, sementara Pemda menyediakan dana untuk membeli beras dari petani.
Sementara itu, Bayu Krisnamurthi mengingatkan, pihak-pihak terkait untuk tetap mewaspadai mengenai akan berakhirnya program pemberian subsidi seperti raskin (beras untuk warga miskin) atau pembagian minyak goreng murah pada beberapa bulan mendatang, juga memasuki musim paceklik, Ramadhan dan Idul Fitri yang biasanya terjadi gejolak harga bahan pangan, begitu pula dengan faktor luar seperti gejolak harga pangan dan energi dunia.
Bayu juga berharap, menghadapi ketidak pastian situasi seperti terjadinya gejolak harga pangan dunia saat ini, mau tidak mau Indonesia harus sudah mulai lagi melakukan investasi pembangunan prasarana pertanian seperti waduk dan irigasi. Hal senada juga disampaikan oleh Mari Pangestu yang menyebutkan bahwa sejak dekade `60-an Indonesia tidak pernah lagi melakukan
green revolution (gerakan besar-besaran di sektor pertanian
--Red).
[BERAS MADIUN]